Gelombang perubahan yang melanda
beberapa negara Timur Tengah akhir-akhir ini telah menyadarkan kepada kita
bahwa:
(1) Tidak ada satu pun rezim yang tidak bisa
ditumbangkan, sekuat apapun rezim itu.
(2) Umat adalah pemilik sejati kekuasaan. Sekuat
apapun dukungan asing terhadap sebuah
rezim, jika umat telah bergerak untuk mengambil alih kekuasaan, rezim tersebut
akan jatuh.
(3) Negara-negara kafir Barat selalu memantau dan
berusaha membajak perubahan yang terjadi di negeri-negeri Islam, khususnya
Timur Tengah, lalu mengarahkan perubahan tersebut sesuai dengan keinginan
mereka. Negara-negara Barat khususnya Amerika Serikat berusaha mencegah
terjadinya perubahan sistemik dan lahirnya para penguasa anti Barat. Barat
harus memastikan bahwa demokrasi dan hukum-hukum Barat tidak mengalami
perubahan. Barat juga harus memastikan bahwa para penguasa baru yang berkuasa
tetap berkiblat kepada Barat dan menjaga kepentingan-kepentingan Barat di negeri
itu.
(4) Perubahan yang tidak dipimpin oleh gerakan Islam
yang kuat dan tidak melalui persiapan yang baik selalu berhasil diserobot oleh
Amerika Serikat dan antek-anteknya. Akibatnya, perubahan tersebut gagal
mentransformasikan umat menuju ke arah perubahan hakiki, yakni terbentuknya
kekuasaan Islam.
(5) Metode yang menjamin perubahan besar hanyalah
metode yang mengikuti thariqah dakwah Rasulullah SAW.
Hakikat Perubahan Hakiki
Perubahan hakiki adalah perubahan
masyarakat menuju kebangkitan hakiki. Faktor yang menentukan apakah suatu
masyarakat mengalami kebangkitan atau tidak adalah peradaban yang ditegakkan
masyarakat tersebut. Dr. Ahmad al-Qashshas di dalam salah satu bukunya, Usus
an-Nahdlah ar-Raasyidah (Pondasi Kebangkitan), menyatakan, “Faktor yang
menentukan bangkit dan mundurnya suatu masyarakat adalah peradaban yang
dimiliki masyarakat tersebut. Jika peradabannya tinggi, niscaya masyarakat di
situ akan bangkit. Jika peradabannya mundur, mereka tidak akan pernah
mengetahui kebangkitan. Ketika kita membicarakan peradaban yang ada di
tengah-tengah masyarakat, berarti kita sedang membicarakan jalan hidup (way of
life), pola perilaku, dan pola hubungan yang menjadikan sebuah masyarakat
memiliki kekhasan.”
Peradaban dibentuk oleh pemikiran
tertentu, yang ada kalanya rendah dan ada kalanya tinggi karena memancarkan
sistem kehidupan (ideologi). Bangsa Romawi, Persia dan Cina Kuno merupakan
bangsa-bangsa besar yang memiliki peradaban tinggi. Peradaban mereka yang maju
tentu lahir dari pemikiran tertentu yang mereka adopsi dan terapkan.
Negara-negara besar seperti Inggris, Amerika, Rusia dan Cina mengalami
kebangkitan karena mengadopsi dan menerapkan pemikiran tertentu. Rusia (di era
keemasan) mengalami kemajuan karena mengadopsi Sosialisme-komunis. Amerika Serikat,
Inggris dan Prancis mengalami kebangkitan karena menerapkan Kapitalisme. Umat
Islam pada masa Kekhilafahan Islam memiliki peradaban tinggi, bahkan tampil
sebagai pemimpin dunia dengan menguasa hampir 2/3 dunia, karena mengadopsi dan
menerapkan Islam.
Hanya saja, sekadar mengalami transformasi menuju
peradaban yang lebih tinggi tidak serta-merta disebut perubahan hakiki. Yang
menentukan hakiki atau tidaknya sebuah perubahan adalah benar atau tidaknya
peradaban yang ditegakkan. Jika peradaban yang ditegakkan di tengah-tengah
masyarakat benar (sahih), maka masyarakat tersebut dikatakan telah mengalami
perubahan hakiki. Sebaliknya, jika peradabannya batil maka masyarakat tersebut
tidak dikatakan mengalami kebangkitan hakiki. Faktor yang menentukan benar-tidaknya
sebuah peradaban adalah akidah (pemikiran mendasar) yang menyangga peradaban
tersebut. Jika akidahnya benar dan lurus, maka peradaban tersebut dikatakan
peradaban sahih. Jika akidahnya batil, peradaban tersebut dikatakan peradaban
batil.
Berdasarkan penelitian yang jernih dan
mendalam, satu-satunya akidah yang sahih dan layak adalah Islam. Kapitalisme
dan Sosialisme terbukti gagal mengantarkan manusia menuju kebangkitan hakiki.
Keduanya nyata-nyata telah menimbulkan kerusakan hampir di seluruh dimensi
kehidupan. Akibat penerapan kedua ideologi ini, manusia terpuruk ke dalam
kenestapaan global. Sosialisme-komunis menciptakan peradaban yang memandang
manusia tak ubahnya dengan mesin produksi dan benda mati. Ideologi ini juga
menggiring manusia untuk menolak eksistensi Tuhan, menggerus fitrah manusia
serta menjerumuskan manusia ke dalam pandangan yang aneh dan sesat. Adapun
Kapitalisme telah melanggengkan eksploitasi manusia atas manusia lain.
Kapitalisme telah menjadikan segelintir manusia hidup sejahtera di atas
penderitaan mayoritas manusia. Agama diberangus dan ditempatkan hanya pada
ranah privat belaka. Ideologi ini juga mengabsahkan kebebasan (liberalisme) di
seluruh dimensi kehidupan yang mengakibatkan munculnya dekadensi moral, seks
bebas, penguasaan aset umum oleh segelintir orang, peminggiran peran agama
dalam negara dan masyarakat serta dampak destruktif lainnya.
Kapitalisme dan Sosialisme tidak saja
bertentangan dengan akidah dan syariah Islam, keduanya juga tidak mampu
menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan holistik. Kemajuan negara-negara Barat
sesungguhnya adalah kemajuan semu. Pasalnya, kemajuan mereka disertai dengan
penindasan Dunia Ketiga, kesenjangan pendapatan, serta tercerabutnya
nilai-nilai kemanusiaan. Adapun Islam adalah ideologi sahih yang bersumber dari
Al-Khaliq al-Mudabbir, memuaskan akal, sesuai dengan fitrah manusia serta pada
masa lalu terbukti telah menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan holistik.
Dengan demikian, perubahan hakiki adalah transformasi menuju tegaknya peradaban
Islam (al-hadharah al-islamiyyah).
Peradaban Islam hanya bisa diwujudkan
dengan cara menerapkan Islam secara kaffah dan menyebarkan risalah Islam ke
seluruh penjuru dunia. Semua ini hanya bisa diselenggarakan melalui penegakkan
kembali kekuasaan Islam yang digariskan Baginda Nabi saw., yakni Khilafah
Islamiyah. Penegakkan Khilafah ini tidak mungkin diwujudkan tanpa adanya
dukungan umat. Umat tidak mungkin memberikan dukungan sebelum mereka menyadari
kerusakan peradaban sekarang (Kapitalisme) serta menyadari kewajiban menegakkan
syariah Islam secara menyeluruh dalam koridor Khilafah Islamiyah. Penyadaran
dan pengorganisasian umat untuk penegakkan Khilafah Islamiyah tidak mungkin
dilakukan seorang diri. Di tengah-tengah umat harus ada gerakan Islam yang
tidak pernah lelah mendidik, mengembalikan kesadaran, mengorganisasi dan
memimpin mereka untuk mendirikan Khilafah Islamiyah menuju perubahan hakiki.
Peran Hizbut Tahrir
Sesungguhnya umat tidak akan bergerak
jika tidak digerakkan. Umat tidak akan mengetahui apa yang seharusnya ia tuntut
jika tidak diberi tahu apa yang seharusnya mereka tuntut. Umat pun tidak akan
menyadari kerusakan masyarakatnya kecuali disadarkan atas kerusakan
masyarakatnya. Bahkan umat tidak akan “berani” menuntut perubahan, kecuali ada
kelompok yang mampu memimpin dan mengorganisasi mereka. Dalam setiap keadaan,
umat senantiasa membutuhkan kelompok sadar yang secara terus-menerus membimbing
dan memimpin mereka. Sayang, kelompok-kelompok yang ada di tengah-tengah
masyarakat jumlahnya tidaklah sedikit. Masing-masing memiliki tujuan dan target
yang berbeda-beda serta saling berlomba untuk merebut kepercayaan umat.
Dalam keadaan seperti itu, umat hanya membutuhkan
sebuah kelompok ikhlas yang mampu menjaga kelurusan, kejernihan dan kesucian pemikiran-pemikiran
Islam, serta mampu mengungkap kerusakan yang terjadi di tengah-tengah
masyarakatnya.
Pada hakikatnya umat tidak membutuhkan
kelompok yang berhaluan sekular, kelompok sosialis, kelompok pragmatis
pendukung pemerintahan kufur, serta kelompok-kelompok nyinyir(kelompok
pengkritik gaje) yang tidak memiliki konsep dan garis perjuangan yang jelas.
Sebab, kelompok-kelompok seperti inilah yang sejatinya melanggengkan sistem
kufur dan menghambat terjadinya perubahan hakiki. Atas dasar itu, umat harus
dijauhkan dari kelompok-kelompok tersebut. Umat hanya membutuhkan kelompok yang
benar-benar tegak di atas akidah Islam, memperjuangkan tegaknya syariah dan
Khilafah, memiliki konsep yang jelas, baik thariqah menegakkan Khilafah maupun
sistem Islam yang akan diterapkan untuk mengatur seluruh urusan masyarakat.
Kelompok seperti inilah yang dibutuhkan umat. Bahkan umat wajib menghimpun
dirinya di sekitar kelompok ini, mendukung dan membantunya untuk merealisasikan
tujuan-tujuannya.
Peran strategis Hizbut Tahrir adalah
menyadarkan umat bahwa perubahan hakiki hanya bisa diwujudkan dengan menerapkan
Islam secara kaffah melalui penegakkan Daulah Khilafah Islamiyah. Kapitalisme
dan sistem demokrasi-sekular adalah biang kerok kehancuran manusia. Keadaan
umat tidak akan pernah berubah menuju ke arah yang lebih baik, selama mereka
masih menerapkan Kapitalisme, demokrasi dan sekularisme. Umat tidak akan pernah
bangkit secara hakiki jika tuntutannya hanya sekadar ganti rezim. Kebangkitan
hakiki hanya bisa diwujudkan dengan mengganti ideologi rusak dan menerapkan
ideologi sahih, yakni Islam.
Peran strategis Hizbut Tahrir lain adalah menjauhkan
umat dari penguasa sekular, serta kelompok-kelompok nyinyir, dengan cara
mengguncang kedudukan mereka, memutuskan hubungan dengan mereka serta
menyingkap kejahatan, kezaliman dan persekongkolan mereka dengan negara-negara
kafir. Hizbut Tahrir tidak akan pernah berkompromi dengan para penguasa
sekular, bermanis muka kepada mereka, apalagi bermusyarakah dalam pemerintahan
mereka.
Hizbut Tahrir akan terus menjaga dan membentengi umat
dari kejahatan mereka, dengan cara membekali umat dengan pemahaman Islam yang
jernih dan mendalam.
Adapun dalam konteks menegakkan kembali
Daulah Islamiyah, Hizbut Tahrir memulainya dengan cara meletakkan mafahim,
maqayis dan qana’at Islam di tengah-tengah masyarakat; menyerang mafahim,
maqayis dan qana’at kufur. Tanpa mafahim, maqayis dan qana’at islami, Daulah
Islamiyah tidak mungkin terbentuk. Mafahim, maqayis dan qana’at adalah sarana
sejati untuk merebut kepercayaan dan kepemimpinan umat, sekaligus senjata ampuh
untuk memutuskan hubungan rakyat dengan penguasa. Adapun dari sisi thariqah
untuk menegakkan Daulah Islamiyah Hizbut Tahrir menempuh thariqah yang
digariskan Nabi saw., yakni thalab an-nushrah. Thalab an-nushrah adalah meraih
dukungan ahlul quwwah bagi Hizbut Tahrir untuk menegakkan Daulah Khilafah
Islamiyah, yang atas izin-Nya tidak akan lama lagi.
Prospek Perubahan Hakiki
Perubahan di Timur Tengah telah gagal
mengantarkan umat menuju perubahan hakiki. Banyak faktor yang menyebabkan
perubahan di sana tidak memiliki kapasitas untuk menegakkan Khilafah Islamiyah.
Pertanyaannya, bagaimana masa depan tegaknya Khilafah Islamiyah di Timur
Tengah? Benarkah umat masih mencintai Kapitalisme dan sistem demokrasi-sekular,
dan tidak menghendaki tegaknya Khilafah Islamiyah?
Jawaban atas pertanyaan di atas adalah sebagai
berikut. Pertama: sesungguhnya umat pasti akan kembali pada Islam dan Khilafah
Islamiyah. Pasalnya, Kapitalisme dan sistem demokrasi-sekular memiliki cacat
bawaan yang tidak mungkin diobati. Cacat bawaan ini menyebabkan setiap negara
yang mengadopsi Kapitalisme dan sistem demokrasi-sekular selalu jatuh dalam
kegagalan. Kegagalan dalam seluruh aspek kehidupan, mulai dari ekonomi,
politik, hingga sosial-budaya akan terus terjadi secara berulang.
Kegagalan-kegagalan ini akan menjadikan umat belajar, dan akhirnya memahami
bahwa selama mereka masih menerapkan Kapitalisme dan demokrasi-sekular, mereka
akan tertimpa problem dan malapetaka. Kesadaran inilah yang akan menyulut
keinginan untuk meninggalkan Kapitalisme dan demokrasi-sekular, dan beralih
menuju sistem Islam. Negara kapitalis Barat, benar-benar memahami masalah ini.
Oleh karena itu, satu-satunya jalan untuk melanggengkan Kapitalisme dan sistem
demokrasi-sekular adalah: (1) memperkuat posisi para penguasa antek untuk
menghambat terjadinya revolusi sejati; (2) mencegah terjadinya perubahan
sistemik dengan cara mengalihkan arah perubahan dan mengarahkan terjadinya
vacuum of power.
Apabila para penguasa antek Barat tidak bisa
dipertahankan akibat kuatnya tuntutan perubahan, Barat tidak segan-segan
mengorbankan para penguasa itu, lalu berpura-pura mendukung gerakan perubahan
itu, untuk kemudian mengalihkan tuntutan rakyat, dari ganti sistem ke hanya
sekadar ganti rezim. Mesir, misalnya, saat Mubarak didesak mundur dari tampuk
kekuasaan, Amerika menyatakan bahwa Mubarak adalah mitra sejati Barat. Namun,
begitu desakan rakyat semakin kuat, dan kekuatan militer bergabung dengan para
demonstran, maka Barat segera mengubah sikapnya. Melalui agen-agennya, Amerika
berusaha mengendalikan arah perubahan agar sekadar ganti rezim, yakni
terpilihnya Muhammad morsi sebagai presiden dari ikhwanul muslimin, dan mencegah terbentuknya Khilafah Islamiyah.
Padahal mayoritas masyarakat Mesir, menghendaki syariah dan Khilafah. Begitupun
ketika Amerika menganggap bahwa morsi tidak tepat untuk
kepentingan-kepentingannya maka dijatuhkannlah morsi melalui kudeta militer
pimpinan Muhammad alsisi, sebagaimana dilansir Tempo.com “Pada akhirnya,
presiden pertama Mesir yang dipilih secara demokratis itu menemukan dirinya
terisolasi, ditinggalkan oleh sekutunya. Tidak ada dalam tentara atau polisi
yang bersedia mendukungnya. Bahkan, pasukan pengawal Garda Republik melangkah
pergi saat komandan tentara datang untuk menahannya ke fasilitas militer.”
Hizbut tahrir.or.id juga melansir “Pemerintah Amerika Serikat (AS) diduga
menghabiskan miliaran dolar AS untuk mendukung calon presiden (capres) Mesir
yang dekat dengan Washington. Gedung Putih dikabarkan mendukung Abdel Moneim
Aboul Futouh sebagai kandidat presiden Mesir.
Kedua: umat Islam, dalam keadaan selemah apapun, tetap
mencintai Islam dan mendukung kelompok ikhlas yang benar-benar hendak
memperjuangkan tegaknya Islam. Seiring dengan meningkatkan pemahaman dan
kesadarannya, umat bisa memilih dan memilah, mana kelompok yang lurus dan
ikhlas, dan mana kelompok nyinyir dan oportunis.
Ketiga: di tengah-tengah umat Islam akan selalu ada
kelompok yang tegak di atas kebenaran, yang selalu membimbing dan memimpin umat
agar berjalan di atas jalan yang lurus dan benar. Kelompok inilah yang kelak
akan menghimpun dan memimpin umat untuk melakukan aktivitas perubahan hakiki,
yakni mengganti sistem kufur dengan sistem Islam. Belajar dari kegagalan perubahan
di Timur Tengah, salah satu faktor yang menyebabkan perubahan di sana gagal
adalah perubahan tersebut tidak dipimpin oleh gerakan Islam yang benar-benar
ingin menegakkan Khilafah Islamiyah. Akibatnya, ketika rezim berkuasa berhasil
dijatuhkan, umat tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. Dalam keadaan
seperti ini, Barat, melalui antek-anteknya, segera masuk ke tengah-tengah umat,
dan memimpin mereka untuk menjerumuskan mereka ke dalam perubahan semu. Oleh
karena itu, adanya kelompok kuat yang mampu memimpin umat untuk menegakkan
kembali Khilafah Islamiyah adalah sebuah keniscayaan agar arah perubahan tetap
fokus dan kendali perubahan benar-benar ada di tangan kaum Muslim, bukan di
tangan antek-antek Barat.
Perubahan di Timur Tengah untuk
sementara masih belum memiliki kapasitas untuk mengantarkan umat meraih
perubahan hakiki. Namun, itu bukan berarti bahwa umat masih mencintai sistem
Kapitalisme-sekular. Hati umat masih berpihak pada syariah dan Khilafah. Hanya
saja, perubahan di sana belum dipimpin oleh kelompok sadar yang benar-benar
siap menegakkan Khilafah Islamiyah. Insya Allah, tidak akan lama lagi, umat
akan menuntut terjadinya “revolusi sejati”, karena sekadar ganti rezim bukanlah
solusi sejati. Solusi sejati adalah ketika di sana ada perubahan sistem, dari
sistem Kapitalisme-sekular menuju sistem Islam. Revolusi itu akan memiliki
kapasitas untuk menegakkan Khilafah Islamiyah, karena umat telah rela dipimpin
oleh gerakan Islam yang pro syariah dan Khilafah.
Metode paten yang harus dilakukan oleh gerakan dakwah
Di
dalam rangakaian metode dakwah yang sering terlupakan adalah thalabun
nushrah. Padahal thalabun nushrah adalah bagian vital yang akan
menentukan berhasil tidaknya pengambil alihan kekeuasaan.
Sebagai contoh, FIS meraih 90% suara dalam pemilu
putaran pertama pada tahun 1992, namun Presiden Chedli Bendjedid membatalkan
hasil mutlak itu dan militer bergerak memberangus FIS. Aljazair larut dalam
konflik sipil-militer dan merasakan kebiadaban militer. Di Mesir Ikhwanul
Muslimin, Muhammad Morsi unggul dalam perolehan suara dari Ahmad Shafeeq yang
didukung Israel dan Amerika. Tetapi kenyataannya morsi pun tumbang oleh militer
di bawah pimpinan alsisi yang mendapat restu Amerika. Begitu pula HAMAS (Harakat
al-Muqawamma al-Islamiyya/ Islamic Resistance Movement/ Gerakan Perlawanan
Islam) menang dalam pemilihan umum Legislatif Palestina yang diselenggarakan
pada Rabu, 25 Januari 2006 menghantarkan HAMAS meraih 76 dari 132 kursi di
parlemen, tidak menghasilkan perubahan-perubahan baik dari sisi
perundan-undangan, ekonomi maupun keamanan. Rakyat Palestina masih menderita di
bawah penindasan bangsa Israel.
Kita tahu, perjuangan Rasulullah
Muhammad saw. dalam mengubah dunia di mulai di Makkah, dan berbuah setelah
hijrah ke Madinah. Fase ini tidak mungkin
terjadi bila Rasul tidak menempuh fase pengkaderan dan pembinaan di Makkah yang
memang memakan waktu cukup lama, yaitu 13 tahun. Waktu sepanjang itu diperlukan
untuk menanamkan fikrah Islam di tengah masyarakat. Setelah hijrah ke Madinah,
dakwah Rasul mencapai perkembangan luar biasa. Orang-orang kemudian
berbondong-bondong masuk Islam. Dari sana, dimulailah era kejayaan Islam.
Kemenangan perjuangan Rasulullah itu
tidak bisa dilepaskan dari usaha untuk meminta pertolongan (thalabun-nushrah)
yang beliau lakukan pada tahun ke-8 kenabian, khususnya setelah wafatnya paman
Nabi saw., Abu Thalib, dan istri tercintanya, Khadijah ra., serta semakin
meningkatnya gangguan dari kaum Quraisy. Itu terjadi di penghujung fase kedua
dalam thariqah (metode) dakwah Rasulullah saw., yaitu fase interaksi dengan
masyarakat (at-tafa’ul ma’a al-ummah).
Thalabun-nushrah ditempuh guna
mendapatkan perlindungan bagi dakwah dan jalan meraih kekuasaan (istilam
al-hukmi) bagi penerapan syariah. Dalam usahanya itu, Ibnu Saad dalam kitabnya
At-Thabaqat, sebagaimana ditulis Ahmad al-Mahmud dalam kitab Ad-Da’wah ila
al-Islam, menyebutkan Rasulullah saw. mendatangi tak kurang 15 kabilah; di
antaranya Kabilah Kindah, Hanifah, Bani ‘Amir bin Sha’sha’ah, Kalb, Bakar bin
Wail, Hamdan, dan lain-lain. Kepada setiap kabilah, Rasulullah saw. mengajak
masuk Islam sebelum meminta nushrah dari mereka.
Meski berulang ditolak, Rasulullah saw.
tetap saja terus meminta. Rasulullah saw. tidak berusaha mengganti dengan
metode lain. Fakta ini merupakan qarinah (indikasi) yang jazim (tegas) bahwa
thalabun-nushrah merupakan perintah Allah SWT, bukan inisiatif Rasulullah saw.
sendiri atau sekadar tuntutan keadaan. Setelah sekian lama berusaha, pada tahun
ke-12 kenabian, akhirnya Rasulullah berhasil mendapatkan nushrah dari kaum
Anshar. Kaum yang telah dibina sebelumnya itu menyerahkan kekuasaan mereka di
Madinah kepada Rasulullah saw.. Jadi, thalabun-nushrah adalah metode yang
paling sahih dalam usaha meraih kekuasaan, karena hal ini ditunjukkan secara
nyata oleh Baginda Rasulullah saw. dalam perjuangannya.
Harus diingat, thalabun nushrah adalah
aktivitas politik, bukan aktivitas militer, juga bukanlah kudeta militer.
Aktivitas militer hanyalah salah satu cara (uslub)—bukan satu-satunya cara—yang
bisa dilakukan oleh ahlun-nushrah. Adapun eknis peralihan kekuasaan bergantung
sepenuhnya kepada ahlun-nushrah. Bisa melalui jalan damai, sebagaimana
dilakukan oleh kaum Anshar saat menyerahkan kekuasaannya di Madinah kepada
Rasulullah saw., tetapi bisa juga melalui
aktivitas militer. Semua bergantung pada ahlun-nushrah.
Itu pula yang saat ini terjadi di Syria.
Proses-proses thalabun-nusrah diyakini tengah berlangsung di sana. Detilnya
seperti apa, tentu kita tidak tahu, karena aktivitas mencari pertolongan
dilakukan secara tertutup. Namun, sejauh yang diekspos media, komitmen para
pimpinan mujahidin yang potensial menjadi ahlul-quwwah untuk perjuangan Islam
sangatlah kuat. Hal itu terlihat dari syiar-syiar yang didengungkan, ikrar, dan
bahkan sumpah yang mereka lakukan untuk tetap teguh berjuang bagi tegaknya
syariah dan Khilafah di Syria, serta penolakan mereka terhadap intervensi Barat
dan ide negara demokrasi.
Maka dari itu benar, bila tidak ada
kekuatan besar yang menghadang, tegaknya syariah dan Khilafah di sana agaknya hanya soal waktu. Ketika itulah semua
yang diteorikan HT tentang jalan menuju Khilafah, yang sesungguhnya semata
diambil dari thariqah dakwah Rasulullah, bakal terbukti. Wallahu A'lam